URIP KUI URUP (Filosofi Jawa Sunan Kalijaga)

URIP KUI URUP (Filosofi Jawa Sunan Kalijaga)

Sunan Kalijaga
Sunan Kalijaga adalah seorang tokoh Walisongo, lahir pada
tahun 1450 Masehi. Putra dari Raden Ahmad Sahuri dan Dewi Nawangarum. Sunan
Kalijaga adalah satu dari sembilan Wali Songo 
yang menyebarkan agama Islam di mana dalam penyebaran agama Islam Sunan
Kalijaga bersama dengan Syekh Siti Djenar 
memiliki cara yang unik dan khas, yaitu dengan melakukan pendekatan yang
merangkul tradisi dan kultur Jawa.

Sunan Kalijaga putra adipati Tuban yang bernama Tumenggung
Wilatikta atau Raden Sahuri,  diperkirakan
lahir pada tahun 1450 dengan nama Raden Syahid. Nama lain Sunan Kalijaga antara
lain Lokajaya, Syekh Malaya, Pangeran Tuban, dan Raden Abdurrahman. Berdasarkan
versi masyarakat Cirebon, nama Kalijaga berasal dari Desa Kalijaga di Cirebon.
Pada saat Sunan Kalijaga berdiam di sana, dia sering berendam di sungai (kali),
atau jaga kali. Beberapa menafsirkan “penjaga kali” sebagai orang yang menjaga
semua aliran (kali sebagai air yang mengalir) atau kepercayaan yang hidup di
masyarakat. Sunan Kalijaga satu-satunya wali yang paham dan mendalami segala
pergerakan dan aliran atau agama yang hidup di masyarakat pada saat itu.
URIP KUI URUP (Filosofi Jawa Sunan Kalijaga)
URIP KUI URUP (Filosofi Jawa Sunan Kalijaga)

URIP KUI URUP 
Salah satu wejangan dari Sunan Kalijaga yang sangat terkenal
dan sampai sekarang menjadi salah satu filosofi hidup orang jawa adalah “Urip
Iku Urup”
. Terjemahan dalam Bahasa Indonesia,; “Urip” artinya Hidup.  “Iku” artinya Itu. Sedangkan “Urup” berarti
Nyala. Jadi Urip Iku Urup dapat diterjemahkan ” Hidup Itu Nyala.”
Hidup itu harus seperti penerang ,lampu atau lilin dan
sejenisnya yang mampu memberi manfaat penerangan bagi yang membutuhkan. Janganlah
hidup hanya sekadar hidup, namun tak memberi manfaat bagi sekitar. Hidup juga
harus bersosial. Kita tak bisa hidup sendiri, semua pasti saling membutuhkan
karena kita diciptakan sebagai makhluk sosial.
Hidup itu harus menerangi, bagai lilin yang berani berkorban
dengan ikhlas, meleleh untuk memberikan cahaya dalam kegelapan di sekitarnya.
Lilin memberikan kehangatan bagi mereka yang berada di sekitarnya, terutama
yang kedinginan dan membutuhkan. Hidup itu hendaknya memberi manfaat bagi orang
lain di sekitar kita. Setiap insan dituntut untuk berkontribusi bagi kebaikan
kehidupan, dan keseimbangan alam semesta.
“Urip Kui Urup” Wejangan yang begitu simpel, namun ketika
kita mencoba mendalami maka akan tersirat makna yang begitu dalam, apalagi saat
kita mecoba mengimplementasikannya dalam keseharian hidup maka akan menjadi
suatu tantangan tersendiri. Karena hidup harus seimbang ,antara dunia dan akhirat, diri pribadi dan sesama juga alam semesta.“Urip iku urup ( Hidup itu Nyala )” memiliki makna hidup itu hendaknya memberi manfaat baik bagi manusia lain ,makhluk lain maupun alam semesta.


HIDUP ITU NYALA
Urip Iku Urup “Hidup itu Nyala” memiliki makna hidup itu
hendaknya dapat memberi manfaat bagi orang lain disekitar kita, semakin besar
manfaat yang kita berikan tentu akan semakin banyak keberkahan bagi kita maupun
orang lain,  jangan sampai kita menjadi orang
yang meresahkan orang lain karena keegoisan pribadi.
Urip Iku Urup  “Hidup
itu Nyala”
  Makna filosofi ini luar
biasa, bahwa kita dilahirkan di dunia ini bukan untuk berdiri sendiri, berkuasa
dan semuanya hanya untuk diri sendiri, akan tetapi kita lahir untuk saling
memberi, menolong dan membantu sesama dengan ikhlas tanpa pamrih. Berkat
kebermanfaatan terhadap orang lain dan kebaikan terhadap sesama secara ikhlas
inilah makna yang diharapkan dari falsafah “Urip Iku Urup.” Kebaikan
sekecil apapun jangan sampai berhenti di kita,tularkan,jalarkan ke orang  dan lingkungan di sekitar kita.
URIP KUI URUP HIDUP ITU NYALA
Manfaat yang kita berikan ibarat api yang menyala, api bukan
berarti bara yang membakar dan memusnahkan apa saja, tetapi api memiliki makna
sebagai cahaya yang selalu menyala dan menyinari setiap langkah manusia ke
jalan yang benar. Oleh karena itu hidup kita harus punya nilai manfaat yang
selalu memberi cahaya yang terang agar setiap langkah kita dan saudara-saudara
kita dapat berjalan ke arah kebenaran. Jadilah penerang tanpa memadamkan cahaya
orang lain. Belajar untuk meredupkan keEgoanku, agar jangan sampai  hidup kita selalu membuat resah orang lain,
mengganggu ketenangan dan merugikan sesama karena hal itu tidak sesuai kodrat kita sebagai makhluk
mulia. Semakin besar manfaat
yang kita bisa berikan pada orang lain maka hidup akan semakin HIDUP”  dan
begitu sebaliknya apabila kita hadir namun tak memberi manfaat, maka
sesunggunya kita  MATI”.  “Urip iku urup ( Hidup itu Nyala )” memiliki makna hidup itu hendaknya memberi manfaat baik bagi manusia lain ,makhluk lain maupun alam semesta adalah fitrah muslim yang berkarakter Islami.


URIP KUI URUP DALAM ISLAM
Filosofi “Urip iku urup ( Hidup itu Nyala )” atau dalam
bahasa sederhananya memiliki makna hidup itu hendaknya memberi manfaat baik bagi manusia lain ,makhluk lain maupun alam semesta juga menjadi pedoman umat
Muslim. Islam banyak mengupas hal ini, bahwasannya manusia sebagai makhluk
sosial harus saling interaksi dan menolong kepada sesama, bahwa kita hidup
didunia ini hanyalah sebuah ujian untuk mendapatkan kehidupan yang kekal dan
lebih baik di kehidupan berikutnya. Dunia hanya tempat mencari pahala amal
untuk menjadikannya bekal di kehidupan akhirat. Menjadi pribadi yang bermanfaat
adalah salah satu jalan untuk meraih ridho Allah. Setiap Muslim diperintahkan
untuk memberikan manfaat bagi orang lain, dan makhluk lain karena manfaatnya akan kembali untuk
kebaikan diri kita sendiri. “Urip iku urup ( Hidup itu Nyala )” memiliki makna
hidup itu hendaknya memberi manfaat baik bagi manusia lain ,makhluk lain maupun
alam semesta adalah kewajiban dan fitrah muslim,seperti yang tertulis dalam Al Quran dan Hadis.
Allah Jalla wa ‘Alaa berfirman:
“Jika kalian berbuat baik,sesungguhnya kalian berbuat
baik bagi diri kalian sendiri “.
(QS. Al.Isra : 7)

Allah Jalla wa ‘Alaa berfirman:
“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah
kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu
dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana
Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di
(muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat
kerusakan.”
(QS Al-Qashash: 77)

Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi
manusia”  
(HR. Ahmad, ath-Thabrani,
ad-Daruqutni. Hadits ini dihasankan oleh al-Albani di dalam Shahihul Jami’
no:3289).

Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
“Barangsiapa membantu keperluan saudaranya, maka Allah akan
membantu keperluannya.” (Muttafaq ‘alaih)

Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
“Barang siapa yang memudah kesulitan seorang mu’min dari
berbagai kesulitan-kesulitan dunia, Allah akan memudahkan
kesulitan-kesulitannya pada hari kiamat. Dan siapa yang memudahkan orang yang
sedang dalam kesulitan niscaya akan Allah memudahkan baginya di dunia dan
akhirat”  (HR. Muslim).

Jadi, sudah seberapa besar usaha kita untuk “menyalakan”
diri sendiri supaya sekitar menjadi lebih terang? Seberapa luas berkah
pekerjaan yang telah kita tekuni selama ini? Apakah keuntungan dan manfaatnya
hanya untuk diri sendiri,atau berimbas ke orang lain dan sekitar, apakah
nikmatnya sebatas dunia saja atau ada tabungan akhiratnya? Mari kita mengisi
hidup kita dengan kegiatan yang imbas manfaatnya bukan untuk kita sendiri
saja,tapi juga sesama dan semesta. Senantiasa saling menjaga, saling mengingatkan untuk
berbuat baik. bismillahi.

JANGAN LELAH TERUS BERBUAT BAIK !!
“Jadilah terang dalam gelap, meski hanya
setitik, terangnya akan menyinari sekitar , karena jika hati senantiasa berniat
baik, Allah akan pertemukan dengan hal yang baik, orang-orang baik, tempat yang
baik, dan kesempatan berbuat baik.” insyaAllah.
Wallahu a’lam

#ceritasandalwudhuindokaryajogja
#selfreminder
#uripkuiurup

URIP KUI URUP (Filisofi Jawa Sunan Kalijaga)
URIP KUI URUP (Filisofi Jawa Sunan Kalijaga)

SUDAHKAH KAMU SEDEKAH HARI INI? KARENA,SEDEKAH ITU MUDAH



SPESIFIKASI MATERIAL:
Tulisan sandal wudhu bukan sablon ,insyaAllah anti luntur
sampai tipisnya sandal.
Terbuat dari bahan Spon Eva sehingga empuk dan nyaman
dipakai
Alas sandal bergerigi sehingga tidak licin
Pilihan warna merah,kuning,hijau,biru,orange,putih,pink (7
warna)
Ukuran sandal 37 s/d 43
Berat 1 pasang 0,13 kg (1 kg muat 10 psg)


Sample Sandal Wudhu Kantor ➝ Toko Alat Kesehatan Jogja Citra   ➝ Paud Terpadu Jogja Citra

URIP KUI URUP (Filisofi Jawa Sunan Kalijaga)
URIP KUI URUP (Filisofi Jawa Sunan Kalijaga)

URIP KUI URUP (Filosofi Jawa Sunan Kalijaga)
URIP KUI URUP (Filosofi Jawa Sunan Kalijaga)


URIP KUI URUP (Filosofi Jawa Sunan Kalijaga)



BACA JUGA

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *